PENBINAAN PROFESIONAL MAHASISWA PRAKTIKAN
MELALUI
KEGIATAN PROGRAM PENGALAMAN LAPANGAN
( STUDI KASUS PADA UPT PPL FKIP UNSWAGATI)
( Oleh Mintarsih Danumihardja)
Abstract
The article is written to inform that, based on the reseach report of the competence standars of the students from FKIP. Decition makers in the FKIP should always be prepared to face various changes, including the policies in the competence standar for the professional tachers. However they are focused on the school SMA or SMK for the practice one semester.
More ever , to facilitate an effective training for students is conducting need establishing a condusive climate in the process of learning
The result of this PPL are follow : first this positive correlation between cognitive, affective and psycomotoric. The second there is positive correlation between ability, personality and performance students
Pendahuluan :
Program pengalaman lapangan lapangan membuka peluang kepada mahasiswa FKIP semester tujuh, untuk memantapkan diri menjalankan praktek menjadi guru yang sesungguhnya selama kurang lebih satu semester. Peluang ini harus dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya, karena PPL merupakan kesempatan uji coba performance menjalankan profesi guru.
Rendahnya mutu pendidikan dan adanya kecenderungan kualitas pendidikan yang terus mengalami penurunan merupakan issu yang krusial. Mutu pendidikan yang semakin menurun ini diakibatkan oleh berbagai faktor antara lain :
- Proses belajar mengajar yang tidak efektif, karena banyak guru yang kurang profesional dalam memberi KBM sehingga KBM tidak memotivasi terjadinya pembelajaran.
- Program Penglaman Lapangan merupakan wahana yang amat penting sebagai ajang untuk membina professional mahasiswa praktikan baik dari segi kognitif, afektif maupun psikomotorik..
- Pembinaan guru pamong yang kurang maksimal, dan kurang kerja sama antara guru pamong dan dosen pembimbing menyebabkan pembinaan mahasiswa terkesan kurang efektif dalam mencapai kualitas yang diharapkan.
Dari beberapa penjelasan di atas mencerminkan adanya kesenjangan yang cukup berarti antara profit pelaksanaan pembinaan profesional calon guru/ mahasiswa praktikan yang dilaksanakan oleh FKIP dengan tuntutan pelaksanaan pembinaan profesional calon guru dalam rangka meningkatkan mutu guru. Kesenjangan ini merupakan masalah yang sangat penting untuk mendapat perhatian setiap orang terutama UPT PPL FKIP sebagai institusi berwenang yang bertangung jawab atas penyelenggaraan PPL, agar tidak muncul pendapat PPL hanya sebagai syarat untuk memperoleh sertifikat agar mahasiswa boleh ujian sidang pada semester yang ditentukan. Kenyataan ini menggugah penulis untuk mengemukakan penelitian guna memperoleh informasi yang lengkap dan akurat tentang berbagai faktor yang menyebabkan terjadinya kesenjangan tersebut.
Bertolak dari rumusan masalah di atas peneliti memfokuskan penelitian terhadap (1) Efektivitas pemberdayaan guru pamong dan dosen pembimbing dalam pembinaan mahasiswa paktikan, (2) Pengembangan sekolah latihan sebagai oganisasi belajar bagi mahasiswa praktikan dan (3) Penataan Manajemen Sumber Daya Pendidikan.
Pada FKIP, fokus ini ini didasarkan pada konsepsi bahwa substansi pembinaan calon guru untuk menjadi guru profesional dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan harus mengacu pada 3 aspek di atas, sehingga mampu menciptakan suasana yang kondusif bagi peningkatan kualitas output yang dihasilkan oleh FKIP.
Pemberdayaan guru pamong dari dosen pembimbing, artinya kedua komponen ini akan mampu meningkatkan kemampuan mahasiswa praktikan sebagai calon guru profesional melalui peningkatan pengetahuan, keterampilan kreativitas dan kemandiriannya.
Pengembangan sekolah latihan sebagai organisasi belajar adalah upaya memotivasi mahasiswa agar mereka termotivasi untuk berusaha secara mandiri dan kelompok meningkatkan profesionalnya, untuk menyiapkan diri menjadi guru yang profesional.
Penataan manajemen sumber daya pendidikan dimaksudkan untuk mendapat dukungan semua pihak tentang keberadaan UPT PPL dalam rangka upaya peningkatan mutu pendidikan melalui pogram pengalaman lapangan. Sumber daya pendidikan khusus untuk UPT PPL antara lain micro-teaching, alat/ media yang memadai yang dibutuhkan khusus untuk penyelenggaraan pendidikan menyangkut mekanisme pengadaan baik pencarian, pembelian dan pembuatan alat/ media pendidikan yang berkaitan dengan kegiatan PPL pada khususnya dan kegiatan pembelajaran pada umumnya.
Fokus penelitian ini dijabarkan dalam bentuk pertanyaan apakah upaya pemberdayaan guru pamong dan dosen pembimbing telah efektif dalam pembinaan mahasiswa praktikan untuk menyiapkan guru yang professional, di samping itu bagaimana pengembangan sekolah latihan sebagai organisasi belajar telah dilaksanakan dalam rangka pembinaan mahasiswa praktikan serta apakah upaya penataan manajemen sumber daya pendidikan telah dilaksanakan secara efektif dan terakhir faktor apa saja yang menjadi kendala yang menghambat upaya peningkatan profesional calon guru/ mahasiswa praktikan.
Permasalahan efektivitas pembinaan kemampuan profesional calon guru terutama menitikberatkan pada upaya pemberdayaan guru pamong dan dosen pembimbing, pengembangan organisasi sekolah dan konsep manajemen sumber daya pendidikan.
Kelangsungan pembinaan calon guru oleh guru pamong dan dosen pembimbing pada dasarnya adalah implementasi kaidah-kaidah administrasi pendidikan dalam sistem pengembangan profesional, yaitu : melalui administrasi pendidikan ingin mencapai tujuan yang efektif dan efisien, karena pembinaan profesional guru termasuk dalam cakupan tugas administrasi pendidikan.
Pelaksanaan PPL pada dasarnya bertujuan untuk memperoleh kompetensi yang relevan dengan tugas guru yang berkitan dengan pembelajaran, pelatihan dan bimbingan. Kompetensi ini dapat diperoleh melalui pengalaman belajar diawali pada saat PPL dilaksanakan, kompetensi yang harus dimiliki berkaitan dengan profesi guru yang profesional antara lain : mampu mengembangkan kepribadian murid, menguasai landasan kependidikan, menguasai bahan pengajaran, mampu menyusun program pengajaran, dapat melaksanakan program pengajaran, mampu menilai hasil dan proses belajar – mengajar yang telah dilaksanakan, dapat menyelenggarakan program bimbingan, dapat menyelenggarakan adninistrasi sekolah, mampu berinteraksi dengan sejawat dan masyarakat dan menyelenggarakan penelitian sederhana untuk kepentingan pengajaran (Ditjen Pend. Guru-guru Teknis Dirjen Dikdasmen).
Untuk memberikan pelatihan yang efektif kepada mahasiswa praktikan sebaiknya diciptakan suasana yang mengandung prinsip-prinsip sebagai berikut :
– Menciptakan iklim fisik dan psikis yang kondusif untuk latihan
– Melibatkan para mahasiswa praktikan dalam merencanakan tujuan, menentukan materi dan memilih metoda, media serta sumber daya pendidikan lainnya yang akan mempengaruhi kualitas pembelajaran di sekolah
Para guru pamong dan dosen pembimbing digharapkan mampu memotivasi para mahasiswa praktikan mengidentifikasi sumber-sumber belajar dan menggunakan berbagai strategi dalam memanfaatkan sumber-sumbner belajar tersebut untuk mencapai tujuan pembelajaran.. Dilain pihak mahasiswa praktikan harus memacu diri memanfaatkan kesempatan PPL sebagai ajang memperoleh pengalaman untuk mempersiapkan menjadi guru yang punya kompetensi dalam bidang akademik, kompetensi pribadi dan kompetensi social. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan melalui UPT PPL mempunyai kewajiban membina PPL , karena hanya melalui program inilah mahasiswa dapat diharapkan memperoleh pengalaman yang sebenarnya menjadi guru yang professional. Kesempatan PPL adalah ajang untuk menguji kesiapan fisik dan mental menjadi guru yang sebenarnya, diibaratkan untuk menjadi seorang dokter mahasiswa fakultas kedokteran harus bersusah payah melakukan latihan praktek menjadi coas dalam jangka waktu yang cukup lama.
Metodologi :
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui standar kompetensi yang harus dimiliki mahasiswa praktikan. Penelitian bersifat deskriptif kualitatif dengan metode survey.
Dengan menggunakan metode deskriptif penelitian ini berusaha menjelaskan informasi yang diperoleh melalui pengumpulan data lapangan. Data yang diperoleh dijelaskan secara kualitatif, data diperoleh dari mahasiswa praktikan guru pamong dan dosen pembimbing.
Lokasi penelitian ditetapkan di SMA dan SMK Kota Cirebon yang dipakai sekolah latihan PPL, oleh mahasiswa FKIP Unswagati Cirebon.
Responden penelitian adalah mahasiswa praktikan, guru pamong dan dosen pembimbing, serta sebagai data tambahan diusahakan data yang berasal dari arsip yang ada di UPT PPL FKIP Unswagati Cirebon.
Hasil Penelitian :
Sistem pembinaan mahasiswa praktikan pada saat melaksanakan Program Pengalaman Lapangan pada sekolah tempat melakukan PPL, dilihat dari mekanisme pelaksanaan pembinaan, cenderung bersifat tradisisonal, yaitu guru pamong duduk di belakang sebagai pengawas yang menunggui mahasiswa praktikan melaksanakan proses belajar mengajar, kegiatan lain yang dilakukan oleh mahasiswa adalah piket sekolah, mengikuti upacara dengan kegiatan intern lainnya. Mahasiswa praktikan dikondisikan seolah-olah harus siap mengikuti seluruh aturan yang ada di tiap sekolah di mana mereka melakukan PPL, mahasiswa juga harus siap melaksanakan kebijakan dari atas sesuai dengan kemampuan.
Dosen pembimbing hanya menyempatkan diri datang ke sekolah tempat berlatih sewaktu-waktu saja dan melaksanakan evaluasi menjelang dilaksanakan ujian praktek. Dosen pembimbing memberi petunjuk dalam menyiapkan ujian yang akan dilaksanakan. Dengan kata lain guru pamong dan dosen pembimbing melakukan kegiatan yang disebut kegiatan pembinaan profesioanl mahasiswa yang efektif dalam rangka peningkatan hasil.
Wawancara dengan mahasiswa diperoleh jawaban bahwa dorongn dan motivasi yang diberikan oleh guru pamong dan dosen pembimbing, merupakan modal untuk memacu dirinya berusaha meningkatkan kemampuan agar menjadi guru yang baik.
Dalam membina mahasiswa praktikan sebagai calon guru yang profesional pada pelaksanaan Program Pengalaman Lapangan, belum terlihat secara nyata upaya pemberdayaan mahasiswa praktikan sebagai berikut bagaimana upaya dosen pembimbing dan guru pamong, meningkatkan pengetahuan (kognitif) yang diperlukan terutama dalam era yang penuh tantangan dan sedang gencarnya perubahan dalam dunia pendidikan yang berdampak pada proses belajar mengajar. Guru pamong juga belum secara nyata membantu peningkatan keterampilan (psikomotor) bagaimana seharusnya mahasiswa praktikan mengelola kelas dan mengelola pembelajaran yang efisien, agar kegiatan belajar mengajar menjadi kondusif. Guru pamong dan dosen pembimbing belum memberikan pembinaan yang optimal dan berperan menjadi fasilitator dan mediator dalam mengembangkan mahasiswa praktikan. Upaya guru pamong dan dosen pembimbing belum dilakukan secara nyata, tetapi sekedar melalui catatan secara rutin dalam buku bimbingan (buku supervise kelas) di samping itu masih banyak mahasiswa praktikan yang menjalankan PPL sekedar memenuhi syarat saja.
Kegiatan guru pamong dan dosen pembimbing belum diarahkan secara efektif pada usaha pengembangan sekolah sebagai wawasan wiyata mandala/ organisasi belajar. Kegiatan inti pembinaan mahasiswa praktikan baru sebatas membicarakan kelemahan mahasiswa dalam mengajar, belum memberikan solusi pemecahan masalah secara konseptual (problem solving). Dosen pembimbing lebih bersifat menunggu baru akan memberikan bimbingan selama PPL apabila mahasiswa memintanya, tetapi sebatas mengadakan konsultasi dengan mahasiswa dan guru pamong, akibatnya mahasiswa kurang termotivasi untuk melaksanakan PPL secara optimal dalam upaya mengembangkan kemampuan profesionalnya.
Program sekolah sebagai wawasan wiyata mandala/ masyarakat belajar/ organuisssi belajar berarti menciptakan situasi sekolah yang dapat mendoorong mahasiswa praktikan untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, kreativitas dan kepedulian terhadap perubahan di luar sekolah yang dapat mempengaruhi proses pendidikan di sekolah, lebih secara individu maupun kelompok. Mengembangkan sekolah sebagai organisasi belajar berarti memberikan dorongan kepada mahasiswa praktikan agar mereka memacu diri untuk terus menerus belajar.
Upaya mencari bantuan dan dukungan institusi lain, masyarakat dan Dinas Pendidikan Kota belum dilaksanakan secara efektif. Upaya bantuan untuk menyelenggarakan PPL baru sebatas bantuan dalam bentuk penyediaan kelas untuk berlatih bagi mahasiswa praktikan. Dinas Pendidikana Kota baru sebatas memfasilitasi izin-izin melaksanaakan PPL, padahal sebenarnya Dinas Pendidikan Kota harus mampu memberi bantuan optimal untuk mengembangkan profesional mahasiswa praktikan yang diharapkan akan menjadi guru yang profesional. UPT PPL baru menggunakan dana-dana yang diperoleh dari mahasiswa untuk menyelenggarakan PPL, oleh karena itu tentu saja dana PPL menjadi sangat terbatas dan bisa digambarkan kegiatan PPL tidak mampu melakukan pembinaan secara optimal.
Untuk menciptakan proses belajar mengajar yang lebih baik dan lebih berkualitas, mahasiswa memerlukan sarana/ media pendidikan yang kondusif. Karena penyediaan sarana pendidikan akan berimplikasi pada program pengalaman lapangan dalam rangka pembinaan profesional mahasiswa praktikan. Guru pamong dan dosen pembimbing memberikan perhatian pada aspek penataan manajemen sumber daya pendidikan,. tentu saja untuk mengantisipasi kekurangan sarana diperlukan bantuan dari berbagai pihak. Manajemen sarana dan prasarana pendidikan berkaitan dengan dampak pembinaan oleh karena itu perlu adanya dukungan institusi untuk menyediakan sarana dan prasana agar PPL menjadi lebih profesional.
Hasil penelitian mengungkapkan bahwa guru pamong memberikan perhatian yang cukup besar terhadap sarana yang diperlukan oleh mahasiswa, walaupun dalam arti bantuan yang masih terbatas, belum mengarah kepada pembinaan yang disesuaikan dengan kondisi kegiatan belajar mengajar masa kini misalnya mahasiswa belum mampu mnggunakan media teknologi tinggi seperti LCD, atau alat yang masih sederhana sekalipun missal bagaimana cara mengajar mempergunakan OHP dengan baik dan benar., sebab barang ini masih merupakan barang langka dalam KBM. Oleh karena itu wajar sekali kemampuan mahasiswa dalam penggunaan alat/ media seperti tersebut di atas tidak berkembang. Mahasiswa masih didorong untuk menggunakan alat/ media alakadarnya. Belum efektifnya penataan sumber daya pendidikan ini juga lebih disebabkan oleh kondisi guru pamong yang pengetahuannya tentang adnministrasi pendidikan juga terbatas. Kondisi di lapangan menunjukkan guru pamong dan dosen pembimbing juga kebanyakan hanya memahami tugasnya sebagai pengajar saja, dan melaksanakan
Pembahasan hasil penelitian
Seperti dikemukaan pada hasil penelitian, pembinaan terhadap mahasiswa praktikan belum menunjukan langkah-langkah yang efektif. Para guru pamong tidak pernah secara komprehensif menilai kebutuhan program PPL, bagaimana melakukan kegiatan pembinaan dengan menganalisis kebutuhan mahasiswa praktikan, mendiagnosa masalah dan faktor-faktor yang mempengaruhi mahasiswa yang sedang PPL. Program pembinaan yang realistis berdasarkan identifikasi masalah belum dimiliki oleh guru pamong dan dosen pembimbing. Upaya pembinaan yang dilakukan baru terbatas kepada upaya pembinaan sikap dan disiplin mengajak mahasiswa dalam melaksanakan PPL lebih diarahkan kepada tugas intern. Pertemuan intern baik secara individu maupun kelompok belum dimanfaatkan untuk meningkatkan pemahamaman mahasiswa tentang konsep pendidikan dan pengajaran secara makro, yang ahirnya mahasiswa praktikum terjebak melaksanakan pengajaran semata-mata.
Pengembangan sekolah sebagai organisasi belajar berarti menciptakan wawasan wiyata mandala, yang dapat mendorong mahasiswa praktikan sebagai calon guru mampu meningkat kan kognitif, psikomotor dan kreativitas dan tentu saja bagaimana penelitian kepedulian mahasiswa di luar kelas mampu mempengaruhi proses pembelajaran baik secara individu maupun secara kelompok. Secara operasional seharusnya guru pamong dan dosen pembimbing mampu melakukan upaya pembinaan yang diarahkan untuk melakukan calon guru sebagai “manusia belajar” dalam rangka menanamkan kesadaran bahwa untuk menciptakan masyarakat belajar semua harus belajar sepanjang hayat.
Sekolah sebagai organisasi belajar/ wawasan wiyata mandala adalah sekolah di mana setiap individu yang ada di dalamnya terus menerus belajar, agar mampu menjadi manusia yang unggul, dan mampu meningkatkan profesionalnya, sebab profesional harus dibentuk sepanjang masa.
Yang terlihat pada program PPL, guru pamong dan dosen pembimbing belum mampu menciptakan suasana seperti yang digambarkan di atas. Untuk menciptakan proses belajar mengajar yang lebih baik, perlu dibantu sarana dan prasarana/ media pendidikan yang kondusif, implikasinya pembinaan profesional mahasiswa praktikan juga harus mencakup perhatian guru pamong pada aspek pentaan manajemen sumber daya pendidikan.
Pada saat PPL mahasiswa tidak memperoleh informasi tentang manajeman sarana dan prasarana kembali lagi pada persoalan guru pamong hanya terfokus pada pembinaan proses belajar mengajar saja. Padahal kita paham betul indikator manajemen sumber daya pendidikan sangat menentukan keberhasilan proses belajar mengajar.
Program PPL adalah program yang seharusnya dibina oleh berbagai instansi, tidak hanya sebatas kerjasama antara sekolah latihan dan UPT PPL saja tetapi juga perlu bantuan dari instansi terkait misalnya Dinas Pendidikan Kota. Kerja sama ini perlu dibangun agar program pengaman lapangan ini akan semakin berkualitas, terlebih dengan semakin dituntutnya profesional dari profesi guru. Kerja sama ini perlu difasilitasi oleh pihak Universitas untuk melakukan MoU dengan Dinas Pendidikan agar diakui oleh semua pihak bahwa PPL merupakan kegiatan yang dilakukan secara serius untuk memperoleh kualitas pima, yaitu meningkatkan calon guru yang profesional.
Simpulan dan saran :
Berdasarkan uraian dapat diberikan beberapa kesimpulan sebagai berikut :
- Terlihat adanya kecenderungan bahwa pelaksanaan program pengalaman lapangan di FKIP belum sesuai dengan harapan institusi yaitu PPL dijadikan ajang pembelajaran, untuk menyiapkan guru yang profesional yang mampu merencanakan melaksanakan dan mengevaluasi proses pembelajaran yang efektif dan efisien. Pembinaan yang diterima oleh mahasiswa selama PPL baru bersifat pengawasan rutin, dalam bidang administrasi pengajaran, serta menjalankan kebijakan yang diberikan oleh guru pamong saja.
- Belum berjalannya PPL seseuai dengan harapan juga disebabkan kurang seriusnya peran guru pamong dan dosen pembimbing dalam menangani pembinaan mahasiswa praktikan. Masih banyak guru pamong dan dosen pembimbing dalam menjalankan tugas sebatas malaksanakan tugas rutinnya saja. Guru pamong dan dosen pembimbing belum melakukan kegiatan nyata memberdayakan mahasiswa praktikan penilaian baru bersifat catatan rutin dalam buku supervisi kelas.
- Sebagian guru pamong dan dosen pembimbing mengaitkan ketidakseriusan dalam bekerja ini dengan padatnya tugas mengajar yang harus mereka lakukan dan belum tersedianya balas jasa yang memadai terhadap tugas yang mereka lakukan, padahal pembinaan mahasiswa praktikan merupakan tugas tambahan dari institusi di luar tugas pokok yang berkaitan dengan tugas masing-masing. Perlu difikirkan insentiv yang cukup memadai, sehingga UPT PPL dapat menuntut pelayanan yang lebih baik pada saat guru pamong dan dosen pembimbing melakukan pembinaan tehadap mahasiswa praktikan.
- Dalam penelitian ini juga terungkap amat terbatasnya informasi mengenai program PPL yang sampai ke guru pamong dan dosen pembimbing, sebagai pelaksana di lapangan dan begitu juga sebaliknya sehingga sering terjadi miss comunication dan ini juga merupakan manivestasi dari lemahnya kontrol atau penggawasan penyelenggaraan terhadap pelaksanaannya PPL, baik pada tingkat strategis maupun di tingkat pelaksanaan di lapangan.
- Meskipun persediaan sarana dan prasarana baik yang berupa Hardware dan Software, diperkirakan sebagai penyebab dari tidak berjalannya program PPL secara maksimal, tetapi berdasarkan observasi yang dominan sebagai penyebab tidak efisiennya program PPL lebih disebabkan pada kurangnya komitmen petugas. Selain factor personal upaya pembinaan juga disebabkan oleh fktor administrative dan factor manajerial.
Saran saran
Untuk meningkat penyelenggaraan dan kegiatan PPL agar kualitasnya lebih meningkat , perlu persaratan khusus untuk menjadi guru pamong, agar pembinaan terhadap mahasiswa menjadi lebih baik baik lagi, pembinaan tidak sekedar mengenai cara mengajar tapi lebih subtansial yaitu mengarah kepada kepada pemilikan kompetensi minimal yang harus dimiliki oleh guru antara lain kompetensi akademik, kompetensi social dan kompetensi pribadi.
Perlu dikembangkan manajemen partisipatif, dalam system pembinaan professional mahasiswa praktikan, yang memberi kesempatan kepada seluruh individu yang terkait untuk menjalan kewajiban sesuai dengan ketentuan dan memperoleh hak sesuai dengan kewajibannya.
Perlu dikembangkan micro teaching yang memiliki fasilitas yang memadai sebagai salah satu sumber belajar sebelum mahasiswa turun kelapangan sehingga mereka lebih siap.
Daftar Pustaka :
Abin Syamsudin Makmun (1992), Pengembangan Profesional Tenaga Kependidikan, IKIP Bandung.
Bredo A.E & Bredo E.R. (1975), Managing Change In Educational Organization, McCuthan Publishhing Company, New York.
Gordon Thomas (terjemahan Mujito) (1984), Guru Yang Efektif cara untuk mengatasi kesulitan kelas, CV.Rajawali, Jakarrta.
Hoy Wayne K. dan Lecil Hiskel G. (1978) Educational Administration Theory, Research, and Practice, Randon House, New York.
John Wiles, Joseph Bondi (1986), Supervision, A Guide to Practice, Charles E.Herrt Publishing Company, Ohio.
Murriel Gerhard (1971), Effective Teaching Strate Giols With The Behavior Outcome Approach, Barka Publishing Loy Inc., New York.
Morrant R.W. (1981), In Service Education Wither The School, Geor Allen and Unwin, London.
Sergiovanni, Thomas J., & Robert J.Starrat (1971), Emerging Pattern of Supervision Human Prespective, Mc Graw – Hill Book Company, Ner York.
Sucipto (2002), Administrasi dan Profesi Tenaga Kependidikan, Remaja Rosda Karya, Bandung.
Biodata : Mintarsih Danumihardja
Lahir di Jakarta, 28 April 1945.
Dosen Kopertis Wilayah IV Jabar, dpk FKIP Unswagarti Cirebon.
Sekretaris LPPM Unswagati Cirebon.
Memperoleh gelar Master Pendidikan di IKIP Bandung tahun 1999,
dan menyelesaikan gelar Doktor Kependidikan di UPI tahun 2003.
PENBINAAN PROFESIONAL MAHASISWA PRAKTIKAN
MELALUI
KEGIATAN PROGRAM PENGALAMAN LAPANGAN
( STUDI KASUS PADA UPT PPL FKIP UNSWAGATI)
( Oleh Mintarsih Danumihardja)
Abstract
The article is written to inform that, based on the reseach report of the competence standars of the students from FKIP. Decition makers in the FKIP should always be prepared to face various changes, including the policies in the competence standar for the professional tachers. However they are focused on the school SMA or SMK for the practice one semester.
More ever , to facilitate an effective training for students is conducting need establishing a condusive climate in the process of learning
The result of this PPL are follow : first this positive correlation between cognitive, affective and psycomotoric. The second there is positive correlation between ability, personality and performance students
Pendahuluan :
Program pengalaman lapangan lapangan membuka peluang kepada mahasiswa FKIP semester tujuh, untuk memantapkan diri menjalankan praktek menjadi guru yang sesungguhnya selama kurang lebih satu semester. Peluang ini harus dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya, karena PPL merupakan kesempatan uji coba performance menjalankan profesi guru.
Rendahnya mutu pendidikan dan adanya kecenderungan kualitas pendidikan yang terus mengalami penurunan merupakan issu yang krusial. Mutu pendidikan yang semakin menurun ini diakibatkan oleh berbagai faktor antara lain :
- Proses belajar mengajar yang tidak efektif, karena banyak guru yang kurang profesional dalam memberi KBM sehingga KBM tidak memotivasi terjadinya pembelajaran.
- Program Penglaman Lapangan merupakan wahana yang amat penting sebagai ajang untuk membina professional mahasiswa praktikan baik dari segi kognitif, afektif maupun psikomotorik..
- Pembinaan guru pamong yang kurang maksimal, dan kurang kerja sama antara guru pamong dan dosen pembimbing menyebabkan pembinaan mahasiswa terkesan kurang efektif dalam mencapai kualitas yang diharapkan.
Dari beberapa penjelasan di atas mencerminkan adanya kesenjangan yang cukup berarti antara profit pelaksanaan pembinaan profesional calon guru/ mahasiswa praktikan yang dilaksanakan oleh FKIP dengan tuntutan pelaksanaan pembinaan profesional calon guru dalam rangka meningkatkan mutu guru. Kesenjangan ini merupakan masalah yang sangat penting untuk mendapat perhatian setiap orang terutama UPT PPL FKIP sebagai institusi berwenang yang bertangung jawab atas penyelenggaraan PPL, agar tidak muncul pendapat PPL hanya sebagai syarat untuk memperoleh sertifikat agar mahasiswa boleh ujian sidang pada semester yang ditentukan. Kenyataan ini menggugah penulis untuk mengemukakan penelitian guna memperoleh informasi yang lengkap dan akurat tentang berbagai faktor yang menyebabkan terjadinya kesenjangan tersebut.
Bertolak dari rumusan masalah di atas peneliti memfokuskan penelitian terhadap (1) Efektivitas pemberdayaan guru pamong dan dosen pembimbing dalam pembinaan mahasiswa paktikan, (2) Pengembangan sekolah latihan sebagai oganisasi belajar bagi mahasiswa praktikan dan (3) Penataan Manajemen Sumber Daya Pendidikan.
Pada FKIP, fokus ini ini didasarkan pada konsepsi bahwa substansi pembinaan calon guru untuk menjadi guru profesional dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan harus mengacu pada 3 aspek di atas, sehingga mampu menciptakan suasana yang kondusif bagi peningkatan kualitas output yang dihasilkan oleh FKIP.
Pemberdayaan guru pamong dari dosen pembimbing, artinya kedua komponen ini akan mampu meningkatkan kemampuan mahasiswa praktikan sebagai calon guru profesional melalui peningkatan pengetahuan, keterampilan kreativitas dan kemandiriannya.
Pengembangan sekolah latihan sebagai organisasi belajar adalah upaya memotivasi mahasiswa agar mereka termotivasi untuk berusaha secara mandiri dan kelompok meningkatkan profesionalnya, untuk menyiapkan diri menjadi guru yang profesional.
Penataan manajemen sumber daya pendidikan dimaksudkan untuk mendapat dukungan semua pihak tentang keberadaan UPT PPL dalam rangka upaya peningkatan mutu pendidikan melalui pogram pengalaman lapangan. Sumber daya pendidikan khusus untuk UPT PPL antara lain micro-teaching, alat/ media yang memadai yang dibutuhkan khusus untuk penyelenggaraan pendidikan menyangkut mekanisme pengadaan baik pencarian, pembelian dan pembuatan alat/ media pendidikan yang berkaitan dengan kegiatan PPL pada khususnya dan kegiatan pembelajaran pada umumnya.
Fokus penelitian ini dijabarkan dalam bentuk pertanyaan apakah upaya pemberdayaan guru pamong dan dosen pembimbing telah efektif dalam pembinaan mahasiswa praktikan untuk menyiapkan guru yang professional, di samping itu bagaimana pengembangan sekolah latihan sebagai organisasi belajar telah dilaksanakan dalam rangka pembinaan mahasiswa praktikan serta apakah upaya penataan manajemen sumber daya pendidikan telah dilaksanakan secara efektif dan terakhir faktor apa saja yang menjadi kendala yang menghambat upaya peningkatan profesional calon guru/ mahasiswa praktikan.
Permasalahan efektivitas pembinaan kemampuan profesional calon guru terutama menitikberatkan pada upaya pemberdayaan guru pamong dan dosen pembimbing, pengembangan organisasi sekolah dan konsep manajemen sumber daya pendidikan.
Kelangsungan pembinaan calon guru oleh guru pamong dan dosen pembimbing pada dasarnya adalah implementasi kaidah-kaidah administrasi pendidikan dalam sistem pengembangan profesional, yaitu : melalui administrasi pendidikan ingin mencapai tujuan yang efektif dan efisien, karena pembinaan profesional guru termasuk dalam cakupan tugas administrasi pendidikan.
Pelaksanaan PPL pada dasarnya bertujuan untuk memperoleh kompetensi yang relevan dengan tugas guru yang berkitan dengan pembelajaran, pelatihan dan bimbingan. Kompetensi ini dapat diperoleh melalui pengalaman belajar diawali pada saat PPL dilaksanakan, kompetensi yang harus dimiliki berkaitan dengan profesi guru yang profesional antara lain : mampu mengembangkan kepribadian murid, menguasai landasan kependidikan, menguasai bahan pengajaran, mampu menyusun program pengajaran, dapat melaksanakan program pengajaran, mampu menilai hasil dan proses belajar – mengajar yang telah dilaksanakan, dapat menyelenggarakan program bimbingan, dapat menyelenggarakan adninistrasi sekolah, mampu berinteraksi dengan sejawat dan masyarakat dan menyelenggarakan penelitian sederhana untuk kepentingan pengajaran (Ditjen Pend. Guru-guru Teknis Dirjen Dikdasmen).
Untuk memberikan pelatihan yang efektif kepada mahasiswa praktikan sebaiknya diciptakan suasana yang mengandung prinsip-prinsip sebagai berikut :
– Menciptakan iklim fisik dan psikis yang kondusif untuk latihan
– Melibatkan para mahasiswa praktikan dalam merencanakan tujuan, menentukan materi dan memilih metoda, media serta sumber daya pendidikan lainnya yang akan mempengaruhi kualitas pembelajaran di sekolah
Para guru pamong dan dosen pembimbing digharapkan mampu memotivasi para mahasiswa praktikan mengidentifikasi sumber-sumber belajar dan menggunakan berbagai strategi dalam memanfaatkan sumber-sumbner belajar tersebut untuk mencapai tujuan pembelajaran.. Dilain pihak mahasiswa praktikan harus memacu diri memanfaatkan kesempatan PPL sebagai ajang memperoleh pengalaman untuk mempersiapkan menjadi guru yang punya kompetensi dalam bidang akademik, kompetensi pribadi dan kompetensi social. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan melalui UPT PPL mempunyai kewajiban membina PPL , karena hanya melalui program inilah mahasiswa dapat diharapkan memperoleh pengalaman yang sebenarnya menjadi guru yang professional. Kesempatan PPL adalah ajang untuk menguji kesiapan fisik dan mental menjadi guru yang sebenarnya, diibaratkan untuk menjadi seorang dokter mahasiswa fakultas kedokteran harus bersusah payah melakukan latihan praktek menjadi coas dalam jangka waktu yang cukup lama.
Metodologi :
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui standar kompetensi yang harus dimiliki mahasiswa praktikan. Penelitian bersifat deskriptif kualitatif dengan metode survey.
Dengan menggunakan metode deskriptif penelitian ini berusaha menjelaskan informasi yang diperoleh melalui pengumpulan data lapangan. Data yang diperoleh dijelaskan secara kualitatif, data diperoleh dari mahasiswa praktikan guru pamong dan dosen pembimbing.
Lokasi penelitian ditetapkan di SMA dan SMK Kota Cirebon yang dipakai sekolah latihan PPL, oleh mahasiswa FKIP Unswagati Cirebon.
Responden penelitian adalah mahasiswa praktikan, guru pamong dan dosen pembimbing, serta sebagai data tambahan diusahakan data yang berasal dari arsip yang ada di UPT PPL FKIP Unswagati Cirebon.
Hasil Penelitian :
Sistem pembinaan mahasiswa praktikan pada saat melaksanakan Program Pengalaman Lapangan pada sekolah tempat melakukan PPL, dilihat dari mekanisme pelaksanaan pembinaan, cenderung bersifat tradisisonal, yaitu guru pamong duduk di belakang sebagai pengawas yang menunggui mahasiswa praktikan melaksanakan proses belajar mengajar, kegiatan lain yang dilakukan oleh mahasiswa adalah piket sekolah, mengikuti upacara dengan kegiatan intern lainnya. Mahasiswa praktikan dikondisikan seolah-olah harus siap mengikuti seluruh aturan yang ada di tiap sekolah di mana mereka melakukan PPL, mahasiswa juga harus siap melaksanakan kebijakan dari atas sesuai dengan kemampuan.
Dosen pembimbing hanya menyempatkan diri datang ke sekolah tempat berlatih sewaktu-waktu saja dan melaksanakan evaluasi menjelang dilaksanakan ujian praktek. Dosen pembimbing memberi petunjuk dalam menyiapkan ujian yang akan dilaksanakan. Dengan kata lain guru pamong dan dosen pembimbing melakukan kegiatan yang disebut kegiatan pembinaan profesioanl mahasiswa yang efektif dalam rangka peningkatan hasil.
Wawancara dengan mahasiswa diperoleh jawaban bahwa dorongn dan motivasi yang diberikan oleh guru pamong dan dosen pembimbing, merupakan modal untuk memacu dirinya berusaha meningkatkan kemampuan agar menjadi guru yang baik.
Dalam membina mahasiswa praktikan sebagai calon guru yang profesional pada pelaksanaan Program Pengalaman Lapangan, belum terlihat secara nyata upaya pemberdayaan mahasiswa praktikan sebagai berikut bagaimana upaya dosen pembimbing dan guru pamong, meningkatkan pengetahuan (kognitif) yang diperlukan terutama dalam era yang penuh tantangan dan sedang gencarnya perubahan dalam dunia pendidikan yang berdampak pada proses belajar mengajar. Guru pamong juga belum secara nyata membantu peningkatan keterampilan (psikomotor) bagaimana seharusnya mahasiswa praktikan mengelola kelas dan mengelola pembelajaran yang efisien, agar kegiatan belajar mengajar menjadi kondusif. Guru pamong dan dosen pembimbing belum memberikan pembinaan yang optimal dan berperan menjadi fasilitator dan mediator dalam mengembangkan mahasiswa praktikan. Upaya guru pamong dan dosen pembimbing belum dilakukan secara nyata, tetapi sekedar melalui catatan secara rutin dalam buku bimbingan (buku supervise kelas) di samping itu masih banyak mahasiswa praktikan yang menjalankan PPL sekedar memenuhi syarat saja.
Kegiatan guru pamong dan dosen pembimbing belum diarahkan secara efektif pada usaha pengembangan sekolah sebagai wawasan wiyata mandala/ organisasi belajar. Kegiatan inti pembinaan mahasiswa praktikan baru sebatas membicarakan kelemahan mahasiswa dalam mengajar, belum memberikan solusi pemecahan masalah secara konseptual (problem solving). Dosen pembimbing lebih bersifat menunggu baru akan memberikan bimbingan selama PPL apabila mahasiswa memintanya, tetapi sebatas mengadakan konsultasi dengan mahasiswa dan guru pamong, akibatnya mahasiswa kurang termotivasi untuk melaksanakan PPL secara optimal dalam upaya mengembangkan kemampuan profesionalnya.
Program sekolah sebagai wawasan wiyata mandala/ masyarakat belajar/ organuisssi belajar berarti menciptakan situasi sekolah yang dapat mendoorong mahasiswa praktikan untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, kreativitas dan kepedulian terhadap perubahan di luar sekolah yang dapat mempengaruhi proses pendidikan di sekolah, lebih secara individu maupun kelompok. Mengembangkan sekolah sebagai organisasi belajar berarti memberikan dorongan kepada mahasiswa praktikan agar mereka memacu diri untuk terus menerus belajar.
Upaya mencari bantuan dan dukungan institusi lain, masyarakat dan Dinas Pendidikan Kota belum dilaksanakan secara efektif. Upaya bantuan untuk menyelenggarakan PPL baru sebatas bantuan dalam bentuk penyediaan kelas untuk berlatih bagi mahasiswa praktikan. Dinas Pendidikana Kota baru sebatas memfasilitasi izin-izin melaksanaakan PPL, padahal sebenarnya Dinas Pendidikan Kota harus mampu memberi bantuan optimal untuk mengembangkan profesional mahasiswa praktikan yang diharapkan akan menjadi guru yang profesional. UPT PPL baru menggunakan dana-dana yang diperoleh dari mahasiswa untuk menyelenggarakan PPL, oleh karena itu tentu saja dana PPL menjadi sangat terbatas dan bisa digambarkan kegiatan PPL tidak mampu melakukan pembinaan secara optimal.
Untuk menciptakan proses belajar mengajar yang lebih baik dan lebih berkualitas, mahasiswa memerlukan sarana/ media pendidikan yang kondusif. Karena penyediaan sarana pendidikan akan berimplikasi pada program pengalaman lapangan dalam rangka pembinaan profesional mahasiswa praktikan. Guru pamong dan dosen pembimbing memberikan perhatian pada aspek penataan manajemen sumber daya pendidikan,. tentu saja untuk mengantisipasi kekurangan sarana diperlukan bantuan dari berbagai pihak. Manajemen sarana dan prasarana pendidikan berkaitan dengan dampak pembinaan oleh karena itu perlu adanya dukungan institusi untuk menyediakan sarana dan prasana agar PPL menjadi lebih profesional.
Hasil penelitian mengungkapkan bahwa guru pamong memberikan perhatian yang cukup besar terhadap sarana yang diperlukan oleh mahasiswa, walaupun dalam arti bantuan yang masih terbatas, belum mengarah kepada pembinaan yang disesuaikan dengan kondisi kegiatan belajar mengajar masa kini misalnya mahasiswa belum mampu mnggunakan media teknologi tinggi seperti LCD, atau alat yang masih sederhana sekalipun missal bagaimana cara mengajar mempergunakan OHP dengan baik dan benar., sebab barang ini masih merupakan barang langka dalam KBM. Oleh karena itu wajar sekali kemampuan mahasiswa dalam penggunaan alat/ media seperti tersebut di atas tidak berkembang. Mahasiswa masih didorong untuk menggunakan alat/ media alakadarnya. Belum efektifnya penataan sumber daya pendidikan ini juga lebih disebabkan oleh kondisi guru pamong yang pengetahuannya tentang adnministrasi pendidikan juga terbatas. Kondisi di lapangan menunjukkan guru pamong dan dosen pembimbing juga kebanyakan hanya memahami tugasnya sebagai pengajar saja, dan melaksanakan
Pembahasan hasil penelitian
Seperti dikemukaan pada hasil penelitian, pembinaan terhadap mahasiswa praktikan belum menunjukan langkah-langkah yang efektif. Para guru pamong tidak pernah secara komprehensif menilai kebutuhan program PPL, bagaimana melakukan kegiatan pembinaan dengan menganalisis kebutuhan mahasiswa praktikan, mendiagnosa masalah dan faktor-faktor yang mempengaruhi mahasiswa yang sedang PPL. Program pembinaan yang realistis berdasarkan identifikasi masalah belum dimiliki oleh guru pamong dan dosen pembimbing. Upaya pembinaan yang dilakukan baru terbatas kepada upaya pembinaan sikap dan disiplin mengajak mahasiswa dalam melaksanakan PPL lebih diarahkan kepada tugas intern. Pertemuan intern baik secara individu maupun kelompok belum dimanfaatkan untuk meningkatkan pemahamaman mahasiswa tentang konsep pendidikan dan pengajaran secara makro, yang ahirnya mahasiswa praktikum terjebak melaksanakan pengajaran semata-mata.
Pengembangan sekolah sebagai organisasi belajar berarti menciptakan wawasan wiyata mandala, yang dapat mendorong mahasiswa praktikan sebagai calon guru mampu meningkat kan kognitif, psikomotor dan kreativitas dan tentu saja bagaimana penelitian kepedulian mahasiswa di luar kelas mampu mempengaruhi proses pembelajaran baik secara individu maupun secara kelompok. Secara operasional seharusnya guru pamong dan dosen pembimbing mampu melakukan upaya pembinaan yang diarahkan untuk melakukan calon guru sebagai “manusia belajar” dalam rangka menanamkan kesadaran bahwa untuk menciptakan masyarakat belajar semua harus belajar sepanjang hayat.
Sekolah sebagai organisasi belajar/ wawasan wiyata mandala adalah sekolah di mana setiap individu yang ada di dalamnya terus menerus belajar, agar mampu menjadi manusia yang unggul, dan mampu meningkatkan profesionalnya, sebab profesional harus dibentuk sepanjang masa.
Yang terlihat pada program PPL, guru pamong dan dosen pembimbing belum mampu menciptakan suasana seperti yang digambarkan di atas. Untuk menciptakan proses belajar mengajar yang lebih baik, perlu dibantu sarana dan prasarana/ media pendidikan yang kondusif, implikasinya pembinaan profesional mahasiswa praktikan juga harus mencakup perhatian guru pamong pada aspek pentaan manajemen sumber daya pendidikan.
Pada saat PPL mahasiswa tidak memperoleh informasi tentang manajeman sarana dan prasarana kembali lagi pada persoalan guru pamong hanya terfokus pada pembinaan proses belajar mengajar saja. Padahal kita paham betul indikator manajemen sumber daya pendidikan sangat menentukan keberhasilan proses belajar mengajar.
Program PPL adalah program yang seharusnya dibina oleh berbagai instansi, tidak hanya sebatas kerjasama antara sekolah latihan dan UPT PPL saja tetapi juga perlu bantuan dari instansi terkait misalnya Dinas Pendidikan Kota. Kerja sama ini perlu dibangun agar program pengaman lapangan ini akan semakin berkualitas, terlebih dengan semakin dituntutnya profesional dari profesi guru. Kerja sama ini perlu difasilitasi oleh pihak Universitas untuk melakukan MoU dengan Dinas Pendidikan agar diakui oleh semua pihak bahwa PPL merupakan kegiatan yang dilakukan secara serius untuk memperoleh kualitas pima, yaitu meningkatkan calon guru yang profesional.
Simpulan dan saran :
Berdasarkan uraian dapat diberikan beberapa kesimpulan sebagai berikut :
- Terlihat adanya kecenderungan bahwa pelaksanaan program pengalaman lapangan di FKIP belum sesuai dengan harapan institusi yaitu PPL dijadikan ajang pembelajaran, untuk menyiapkan guru yang profesional yang mampu merencanakan melaksanakan dan mengevaluasi proses pembelajaran yang efektif dan efisien. Pembinaan yang diterima oleh mahasiswa selama PPL baru bersifat pengawasan rutin, dalam bidang administrasi pengajaran, serta menjalankan kebijakan yang diberikan oleh guru pamong saja.
- Belum berjalannya PPL seseuai dengan harapan juga disebabkan kurang seriusnya peran guru pamong dan dosen pembimbing dalam menangani pembinaan mahasiswa praktikan. Masih banyak guru pamong dan dosen pembimbing dalam menjalankan tugas sebatas malaksanakan tugas rutinnya saja. Guru pamong dan dosen pembimbing belum melakukan kegiatan nyata memberdayakan mahasiswa praktikan penilaian baru bersifat catatan rutin dalam buku supervisi kelas.
- Sebagian guru pamong dan dosen pembimbing mengaitkan ketidakseriusan dalam bekerja ini dengan padatnya tugas mengajar yang harus mereka lakukan dan belum tersedianya balas jasa yang memadai terhadap tugas yang mereka lakukan, padahal pembinaan mahasiswa praktikan merupakan tugas tambahan dari institusi di luar tugas pokok yang berkaitan dengan tugas masing-masing. Perlu difikirkan insentiv yang cukup memadai, sehingga UPT PPL dapat menuntut pelayanan yang lebih baik pada saat guru pamong dan dosen pembimbing melakukan pembinaan tehadap mahasiswa praktikan.
- Dalam penelitian ini juga terungkap amat terbatasnya informasi mengenai program PPL yang sampai ke guru pamong dan dosen pembimbing, sebagai pelaksana di lapangan dan begitu juga sebaliknya sehingga sering terjadi miss comunication dan ini juga merupakan manivestasi dari lemahnya kontrol atau penggawasan penyelenggaraan terhadap pelaksanaannya PPL, baik pada tingkat strategis maupun di tingkat pelaksanaan di lapangan.
- Meskipun persediaan sarana dan prasarana baik yang berupa Hardware dan Software, diperkirakan sebagai penyebab dari tidak berjalannya program PPL secara maksimal, tetapi berdasarkan observasi yang dominan sebagai penyebab tidak efisiennya program PPL lebih disebabkan pada kurangnya komitmen petugas. Selain factor personal upaya pembinaan juga disebabkan oleh fktor administrative dan factor manajerial.
Saran saran
Untuk meningkat penyelenggaraan dan kegiatan PPL agar kualitasnya lebih meningkat , perlu persaratan khusus untuk menjadi guru pamong, agar pembinaan terhadap mahasiswa menjadi lebih baik baik lagi, pembinaan tidak sekedar mengenai cara mengajar tapi lebih subtansial yaitu mengarah kepada kepada pemilikan kompetensi minimal yang harus dimiliki oleh guru antara lain kompetensi akademik, kompetensi social dan kompetensi pribadi.
Perlu dikembangkan manajemen partisipatif, dalam system pembinaan professional mahasiswa praktikan, yang memberi kesempatan kepada seluruh individu yang terkait untuk menjalan kewajiban sesuai dengan ketentuan dan memperoleh hak sesuai dengan kewajibannya.
Perlu dikembangkan micro teaching yang memiliki fasilitas yang memadai sebagai salah satu sumber belajar sebelum mahasiswa turun kelapangan sehingga mereka lebih siap.
Daftar Pustaka :
Abin Syamsudin Makmun (1992), Pengembangan Profesional Tenaga Kependidikan, IKIP Bandung.
Bredo A.E & Bredo E.R. (1975), Managing Change In Educational Organization, McCuthan Publishhing Company, New York.
Gordon Thomas (terjemahan Mujito) (1984), Guru Yang Efektif cara untuk mengatasi kesulitan kelas, CV.Rajawali, Jakarrta.
Hoy Wayne K. dan Lecil Hiskel G. (1978) Educational Administration Theory, Research, and Practice, Randon House, New York.
John Wiles, Joseph Bondi (1986), Supervision, A Guide to Practice, Charles E.Herrt Publishing Company, Ohio.
Murriel Gerhard (1971), Effective Teaching Strate Giols With The Behavior Outcome Approach, Barka Publishing Loy Inc., New York.
Morrant R.W. (1981), In Service Education Wither The School, Geor Allen and Unwin, London.
Sergiovanni, Thomas J., & Robert J.Starrat (1971), Emerging Pattern of Supervision Human Prespective, Mc Graw – Hill Book Company, Ner York.
Sucipto (2002), Administrasi dan Profesi Tenaga Kependidikan, Remaja Rosda Karya, Bandung.
Biodata : Mintarsih Danumihardja
Lahir di Jakarta, 28 April 1945.
Dosen Kopertis Wilayah IV Jabar, dpk FKIP Unswagarti Cirebon.
Sekretaris LPPM Unswagati Cirebon.
Memperoleh gelar Master Pendidikan di IKIP Bandung tahun 1999,
dan menyelesaikan gelar Doktor Kependidikan di UPI tahun 2003.